[FRS 17] Keris lurus dhapur Kalamisani, pamor Dwiwarna (Untu Walang dan Wiji Timun), ganja Mas Kumambang, estimasi Tangguh Mataram Abad XIX, berat 220 gram, panjang 34,8 cm. Warangka model Gayaman Surakarta gandar iras kayu Kemuning bang lamen, Pendok emas baru model Blewahan Surakarta, mendak perak matan Yakut, deder Wanda Yudhowinatan Surakarta lamen. Sertifikasi Museum Pusaka TMII.
Keris dhapur Kalamisani (bahasa Indonesia: Raksasa Berbisa) merupakan dhapur keris lurus yang cukup populer dengan ricikan berupa kembang kacang, lambe gajah dua, tikel alis, gusen, kruwingan dan greneng. Biasanya bilah juga menggunakan ada-ada. Dalam pewayangan ada juga keris Kalamisani milik Gatotkaca tapi itu tidak ada hubungannya dengan dunia perkerisan yang kita kenal.
Keris koleksi saya diatas memiliki beberapa ciri khas yang cukup unik. Pertama, pamornya ada dua (dwiwarna) yakni Untuwalang dan Wiji Timun. Pamor Untuwalang (bahasa Indonesia: Gigi Belalang) adalah salah satu motif pamor yang bentuknya menyerupai pamor Tepen atau Wengkon. Sepertinya halnya bingkai, pamor Untuwalang memiliki garis tepi hanya saja garis tersebut bergelombang membentuk gambar serupa mata gergaji atau gigi belalang. Bagi yang percaya aspek esoteris, pamor Untuwalang tergolong pamor rekan yang pemilih. Tidak semua orang cocok untuk memilikinya. Oleh sebagian pencinta keris, pamor ini dianggap bertuah untuk membuat pemiliknya menjadi tokoh yang dipercaya dan dianggap pemimpin oleh orang-orang sekitarnya. Kata-katanya akan didengar dan ditaati. Oleh karena itu banyak yang beranggapan bahwa pemilik yang paling sesuai bagi keris ini adalah guru, pendidik atau pemimpin masyarakat. Pamor yang kedua adalah pamor Wiji Timun (bahasa Indonesia: Biji Ketimun) yang tergolong pamor mlumah dan rekan. Bagi yang percaya aspek esoteris, pamor ini memiliki tuah yang dapat membuat pemiliknya memiliki wibawa dan ketenaran dalam lingkungan masyarakat.
Selain pamor, ciri khas yang kedua dari keris koleksi saya di atas adalah ganjanya yang berpamor Mas Kumambang. bentuknya merupakan garis mendatar yang berlapis-lapis. Pamor tersebut membuat keris menjadi semakin indah untuk dilihat. Sementara aspek esoterisnya mengatakan bahwa pamor tersebut membuat pemiliknya bisa bergaul dengan kalangan atas maupun bawah.
Terlepas dari aspek esoteris, hal yang dapat ditarik kesimpulan adalah pembuatan sebilah keris seperti contoh diatas jelas memiliki tujuan dan pengharapan yang baik dari empu dan pemiliknya yang terdahulu. Semangat seperti itulah yang harus dipelihara oleh saya sebagai pemiliknya di masa kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar